Seolah Bijak Tapi Sebenarnya Tidak Berguna, Seolah Berisi Tapi Tidak Bermakna, Memberi Tahu Tapi Siapa Yang Nggak Tahu, Utopis Tapi Kebangetan
Apa ini? apa ini?
Kesan yang saya dapat ketika blogwalking akhir-akhir ini
Bayangkan, kita mau diskusi baik-baik. Susah memang diskusinya tapi kan seru nambah wawasan. Eh gak tahunya ada saja yang menanggapin dengan kalimat yang aneh
Buat apa kalian ribut-ribut, apa kalian tidak lihat kalau masih banyak orang yang kelaparan. Apa usaha anda untuk mereka?. Untuk apa ribut-ribut yang gak ada gunanya. Lebih baik kita sama-sama menjaga ukhuwah di antara kita.
Intinya begitulah
Sebenarnya kan yang didiskusikan itu sedikitpun gak ada kaitannya dengan kelaparan atau orang-orang yang lapar. Lagian diskusi itu biasa silang pendapat. Apa hubungannya dengan mereka yang kelaparan
Pakai nanya apa usaha buat mereka? Memangnya yang bicara itu tahu pasti kalau yang diajak bicara itu tidak punya andil buat mereka yang kelaparan.
Mau sok bijak untuk menutupi rasa tidak senangnya dengan diskusi
Apalah gunanya kata-kata itu? untuk memberi tahu apa?, yang begitu mah orang sudah pada tahu semua.
Jadinya kan cuma Omelan gak karuan dengan gaya seolah bijak dan berisi.
Sudahlah, kalau Etika berdiskusi aja tidak bisa, lebih baik tidak usah bicara yang besar-besar.
Atau kata-kata gak jelas begini
Kepada saudara-saudaraku sekalian, hentikanlah segala tikai yang membuat duga salah di antara kita.
Janganlah egois, dengan mengedepankan harga diri yang tak berguna.
Sudah saatnya kita bangun Ummat dan bangsa ini.
Marilah saling membahu, memikul beban yang tak selamanya membuat kita terkapar.
Gayanya gak salah-salah, ingin mendamaikan yang bertikai (padahal cuma silang pendapat). Apa itu harga diri yang tidak berguna? Apakah idealisme kita itu tidak berharga sama sekali? Apakah yang kita yakini itu tidak berharga? Lucu, bicara yang besar dengan gaya utopis, Mari membangun Ummat dan Bangsa.
Kata-kata apa itu, itu cuma dongengan utopis anak kecil, kenapa? Yang begitu gak perlu dibilang-bilang, setiap orang berusaha dengan caranya sendiri membangun umat dan bangsa, tidak perlu pakai ajakan yang gak ada isinya begitu.
Kalau dipikirkan memangnya bagaimana membangun Ummat dan Bangsa, Kalau Islam misalnya, yang satu bilang mari kita membangun ummat dengan manhaj salaf, yang satu lagi ummat harus diingatkan dengan seruan-seruan tabligh, yang satu lagi ummat harus dibangun dengan tarbiyah-tarbiyah. Nah anda tahu kemana arahnya, ke arah Salafy, Jamaah Tabligh dan Ikhwanul Muslimin. Masa’ sih tidak tahu kalau mereka aja pada saling ribut. Jadi membangun Ummat apanya atau yang gimana?
Membangun bangsa? pakai apa, pakai beton, pakai nasi, pakai duit, pakai apa? bicara aja gak jelas. Ada yang bilang untuk membangun bangsa kita perlu pemimpin yang handal. Mari kita bersama-sama bergabung dalam partai G**k*r. Yang lain bilang tidak usah ikut partai itu lebih baik pakai partai ini. Yang lain lagi mari membangun ummat bersama organisasi ini, yang lain lagi ikut saja organisasi kami dan ah banyak…… Masa’ sih gak tahu kalau mereka aja juga sering ribut. Jadi mau membangun bangsa alaa apa? Gak ngerti saya
Sok Bijaknya pakai gaya Utopis pula
Sudahlah,
bangunlah cinta diantara kita.
Tidak ada artinya debat ilalang yang tetap terburai,
kecuali dengan jalin mesra indahnya ukhuwah.
Memangnya debat itu haram, kalau ada dasarnya sah-sah aja atuh. Setiap orang tidak sama pandangannya. Berbeda itu biasa, dan kalau pandangan itu ditampilkan di depan umum ya sah-sah aja kalau ada yang tidak setuju dan mau mengkritiknya. Yang penting kan tidak perlu merendahkan, cukup sederhana saja.
Membangun cinta dengan menjalin mesra ukhuwah, Alah ini mah Utopis, gak penting. Bukan berarti saya tidak suka menjalin ukhuwah. Maksudnya gak perlu dibilang, orang udah pada tahu kalau ukhuwah mesti dibangun Tapi gimana caranya
Bicara cinta kenal aja tidak, apalagi mesra ukhuwah, wah apa itu Utopis banget kali
Ukhuwah jenis apa yang selalu diteriakkan orang itu, apa yang diteriakkan oleh mereka pengusung manhaj salaf, atau yang diteriakkan oleh mereka para kader partai, atau oleh mereka kader organisasi somethinglah. Ukhuwah jenis apa, kata ukhuwah sepertinya sudah gak ada maknanya kalau diumbar-umbar begitu.
Tidak perlu banyak bicara yang umum, yang abstrak dan yang kita sendiri susah menjabarkannya. Apalagi pakai gaya seolah sudah paham sebenar-benarnya. Itu sih gaya orang lemah.
Seharusnya setiap orang tahu yang mana yang baik kalau berhubungan dengan orang lain.
Menghina orang bukan hal baik.
Teriak-teriak bilang sesat tanpa mau berdiskusi bukan hal baik.
Merendahkan orang karena labelnya juga bukan hal baik.
Yang begitu sudah pada tahu kan, nah tunjukkan kalau bisa. Bukan dengan kata sok bijak, sok menyelesaikan urusan, sok menengahi tapi sebenarnya gak ada isinya, dan maknanya gak jelas. Mengusung Utopisme yang sebenarnya gak perlu diumbar-umbar. Kenapa? Karena orang udah pada tahu harus begitu. Orang pada tahu harus membangun umat atau bangsa, orang udah pada tahu harus menjaga ukhuwah, tapi gimananya itu yang berbeda tiap orang.
Sudah ah saya jadi males nerusinnya